Selasa, 09 Oktober 2012

Finally: PANTAYYY :D (part 1)

seperti rindu yang tersampaikan...
seperti cinta yang berbalas...
seperti gatal yang sukses digaruk...
rasanya, LEGA...
haha...

rinduku terlalu menggebu pada debur ombak perairan luas... yang pada akhirnya kutemui siang tadi... bersama dia yang terkasih... :)

kami dibelai oleh semilir angin yang lengket, memandangi luasnya perairan biru dengan binar mata penuh cinta...kami juga menikmati suara deru ombak, mencium aroma khas air laut pula... kami telah membuat jejak kaki di panasnya pasir putih, membiarkan aroma kami terbawa sapuan air jernih, dan meninggalkan sejumput kenangan indah disana...





fyi aja... pas jln pulang, kita nemu spot foto yang nais banget... tp sayang objek ftonya udah eksotis banget habis berjemur... dan tetep nekat nampang, haha -.-


nah, fyi lagi nih... pas pulang kan kita cek foto2... eh nemu gambar kayak gini bentuknya...


umm... foto berduanya masih nunggak dulu ya... di-share di part slanjutnya... :D

Sabtu, 06 Oktober 2012

Merakit Bom Waktu


Mata kita terlalu lama berpandangan, hingga gemerlap perkotaan jadi memburam...
Jemari tangan kita tak henti saling mendekap, hingga belaian udara terasa menerbangkan...
Kita terlalu menikmati saat kita berpelukan, hingga dinginnya malam seolah menghangat...
Kita berciuman terlalu mesra, hingga smua kbisingan melebur menjadi tenang...
Kita terlalu asik jatuh cinta, hingga smua terasa benar atas nama perasaan...

Kisah kita tak sempurna meski dengan kasih yang nyaris sempurna. Kita berpura-pura lupa bahwa ada batas di ujung perjalanan kita. Namun kita biasa saja, menikmati rasa yang ada. Dunia bergemuruh menyaksikan kebersamaan kita. Aku dan kamu yang kian hilang arah. Benar salah yang tak pernah sungguh bernilai mutlak, proses pencarian yang penuh gejolak ketidaksamaan. Kita tak sungguh salah, tapi juga tak punya jaminan yang membenarkan. Kita hanya mengikuti aliran.


Kita terjerat kotak-kotak pemikiran. Kotak yang tak satu suara namun menggema-gema menyuarakan isinya. Bisiknya, kita sedang menenun benang bertegangan. Merakitnya hingga bersambungan. Lalu menanti ia meledak, menghancurkan semua hingga bersisa puing-puing kepedihan yang tak berpola.