Jumat, 04 Januari 2013

Hari ke-4: Tenggelam di Dasar Udara

Selamanya ak akan ada d sini... Berteriak, menggumam bahkan berkelahi dengan angan... Lelah, jenuh, muak, benci, sakit, bahkan remuk pun takkan mampu membuatku berpindah... Karena disini adalah tempatku sewajarnya... Disini... Tenggelam d dasar udara.

Selamanya akan tetap disini... Setinggi apapun diri terpaut angan, setinggi apapun ku melayang... Karena nyatanya ak tak pernah terbang... Udara takkan biarkanku mengambang... Terlebih takkan ada celah untuk mengapung k permukaan... Karena udara tak punya permukaan kecuali batasnya dengan ruang hampa yang takkan disentuhnya... Ruang hampa udara yang justru mampu meniadakan...

Dan disinilah posisi terbaik yang ia tawarkan... Di dasar udara... Posisi yang mengizinkanku tetap ada... Sedikit sesak... Sedikit membuatku mengernyitkan dahi... Namun tanpa ak sadar... Inilah tempatku yang seharusnya... Meski d dalamnya aku seolah ditenggelamkan, namun mestinya ak tak ragu... Tenggelam d dasar udara takkan meniadakanku...

Di dasar udara ini aku kan berada... Selama waktuku tak binasa... Karena aku percaya... Udara takkan mencipta tiada...

Aku masih dan akan selalu disini... Tenggelam d dasar udara...

Hari ke-3: Benang Merah



Semua kisah tak pernah sungguh singkat.. Setiap potonganx selalu berkesinambungan.. Benang merah menyimpul menjadi penyatu segala adegan yg berkelanjutan..

Benang merah triliunan kisah membungkus permukaan bola dunia ini.. Menyulap dominan biru hijau jadi memerah scr ilusif.. Penanda sgala titik tak pernah benar2 statis.. Penunjuk bhwa setiap molekul bergejolak hingga mencipta kedinamisan yg tak memiliki masa tuk terhenti.. Dmikianlah sgala benda memiliki kisah yg tak pernah mati..

Hari ini berarti satu simpul benang merah tlah trcipta.. Mengikat esok dg kterkaitan mutlak.. Esok yg tak memiliki teori pasti utk direka.. Namun tlah diputuskan bhwa titiknya adl pda simpul hari ini yg tlah tercipta..

Simpulnya simpul mati.. Tak ada cela utk mengotak-atik kembali.. Dan ratapan ktidakpuasan adl kelalaian utk simpul2 stelahnya nanti..

Rabu, 02 Januari 2013

Hari ke-2: "Kamu benar, kita butuh spasi."

Sesungguhnya aku ingin merangkai kata tanpa spasi. Aku ingin semuanya menjadi sangat dekat. Sedekat mungkin untuk mampu membinasakan semua jedah. Hingga jarak hanyalah kata klasik yang perlahan terlupakan. Tak lagi dikenal di peradaban teranyar umat manusia. Tanpa spasi, sepertinya lebih indah.

Seperti pula kita. Bayangkan bila kita selalu dekat. Saling mendekap setiap saat. Tak berhenti saling mengisi ruang kosong di sela2 jemari satu sama lain. Menghirup udara yang sama, dihembus angin yang sama. Menepis setiap jedah yang menjauhkan. Tak ada ruang kosong di antara kita. Kita tak punya jarak, sangat dekat, dan tak terpisahkan. Menyenangkan bukan? :D

Namun saat aku mencoba, aku tersadar. Tanpa jedah, rangkaian kataku sulit terbaca. Kedekatannya memburamkan makna. Mencipta lelah bagi yang berusaha memahami. Tak seindah yang semula terbayangkan. Sangat buram dan mengaburkan.

Mungkin aku salah. Kamu yang benar. Kita butuh jarak. Beberapa spasi yang ternyata kita butuhkan untuk mencerna setiap makna. Jedah yang kita perlukan untuk saling memahami. Ruang kosong yang membuat kita bisa menikmati setiap bulir kerinduan. Kita benar-benar butuh jarak, untuk mencipta sekelumit dahaga akan kebersamaan. Agar semua mencipta keindahan yang tak menjemukan. Lalu ketidaksempurnaan ini perlahan menjadi nyaris sempurna dan penuh warna.

Ruang kosong yang tercipta di antara kita ini perlu kita isi. Sedikit hal-hal sederhana yang romantis mungkin boleh juga. Lalu aku akan meminta satu dua permintaan padamu. Tolong kirimi aku surat dalam botol, lemparkan ke lautan luas yang membentang di antara kita, lalu biarkan takdir yang membuatnya sampai ke tanganku. Atau lipatlah suratmu itu menjadi perahu. Hanyutkan perahu kertas merah delima itu di sungai yang memisahkan kita. Aku ada di sisi lain sungai ini, tempat perahu kertasmu berlabuh, lalu pesanmu akan sampai kepadaku. Dan jika itu kurang sederhana menurutmu, cukup bicaralah padaku di spasi ini. Jika udara tak mampu menghantarkan getaran suara kita, ijinkan teknologi yang mengambil alih. Ketika ruang kosong ini sangat menyudutkan, ketika kosongnya merambati hati kita, mari berbicara. Lewat telpon seluler pun tak mengapa. Mari membuat jedah ini lebih indah. Aku ingin bermanja sejenak saja. Tunjukkan bahwa di jarak ini, ada kamu di ujungnya. Cukup dengan hal yang sangat sederhana. Tolong deringkan telpon genggam saya, tolong ukirkan namamu di layarnya, lalu mari berbicara seadanya. Sesederhana itu, untuk membuat spasi ini lebih bermakna.


Selasa, 01 Januari 2013

Hari ke-1: Rangkaian Acara Akhir Tahun

27-29 Desember 2012 | Ranupane | Indier

Out Ward Bound (OWB) adalah diklat terakhir untuk para magangers di LPM Indikator. Acara yang tak pernah saya lewatkan tiap tahunnya. Ini adalah OWB ke4 saya, dan untuk yang ke3 kalinya kembali ke Ranupane, di pinggiran Danau Ranu Regulo tepatnya.

Setiap tahun tak pernah serupa. Tapi justru itulah yang membuat istimewa. Kali ini saya kesana pake motor. Dibonceng Mas Danang sih. Gara2 ketinggalan truk nih. Hehe. Tapi not bad lah. Pemandangannya jadi kliatan jelas biarpun dinginnya sedikit menyiksa.

Tak seramai yang lalu. Tapi tak juga terlalu buruk. Semuanya tetap hangat dan menyenangkan. Tetap bodoh dan bermakna. Tidur di tenda kecil yang sedikit lebih hangat, berdesakan, dan penuh kericuhan si Randy, Adib dan Kris yg berebut sleeping bag, sampe2 Hanip pilih pindah tenda. Dan tak lupa menikmati kentut busuk Randy yang terjebak di dalam tenda. Tak hanya ricuh di tenda, dapur darurat pun ricuh. Tak seperti biasa, dimana dapur dikuasai oleh orang2 yang ahli di bidangnya, kali ini lain cerita. Dengan bumbu serba instan, makanan penuh kandungan MSG pun berhasil dihidangkan. Lucunya lagi, kami berebut toge krispi (makanan baru karya Hanip dan Cadoy) yang proses pembuatannya bercampur dengan benda tak layak konsumsi macam kaos kaki Cadoy. Hha. Tapi smua lupa bagian itu dan tetap bebebut, soal rasa lumayanlah, makan di alam itu mkananan apapun kudu penuh rasa syukur biar nikmat. Bagian paling menyiksa itu waktu mules menyerang. Muka pucet, badan merinding, ditambah angin yang makin menggoda. Aduh, panggilan alam yang gak tepat waktu. Kayaknya buat jalan aja gak kuat. Haha. Tapi akhirnya panggilan alam itu bisa saya penuhi dengan bantuan Hanip yang sudah mau repot2 ngambilin air danau buat saya.

3 hari yang hangat meski di tengah hawa dingin yang menusuk. Dan senang sekali saya ikut sesi menyenangkannya, sesi jeprat jepret. Mengabadikan yang akan berlalu dalam gambar. Agar yang terlewat memiliki daya untuk dikenang. :)




30 Desember 2012 | Balekambang | Keluarga

Lelah rasanya, 3 hari bergelut di alam. Namun saya tak ingin melewatkan acara keluarga yang satu ini. Bersenang-senang di pantai. Sebenarnya ini adalah rencana menyambut tahun baru, tapi untuk menghindari keramaian yang terlalu, acara jadi dimajukan. Akibatnya saya jadi kurang istirahat dan banyak tidur selama perjalanan. Namun sangat maksimal saat di tempat. Haha. Kami memeluk ombak dengan gelak tawa. Mengeluarkan suara "wuiiiiing" (mirip di Angry Bird) ketika ombak datang. Bermain lingkaran besar lingkaran kecil di perairan asin. Bermain pasir. Dan tak lupa jeprat jepret (lagi).


31 Desember 2012 - 1 Januari 2013 | Gereja Shalom | My Lovely Idiot


Menikmati tahun baru di gereja adalah sebuah pengalaman baru bagi saya. Bersamanya saya datang, mengucap salam, menemui keluarganya, dan disambut dengan ramah oleh orang-orang disana. Dia melewatkan prosesi ibadah dan bakar2nya, tapi kami tak melewatkan prosesi makan2nya. Haha. Lucu, ada anak-anak anjing yang baru lahir. Matanya masih tertutup dan jalannya sempoyongan. Lalu disusui oleh ibunya di dalam kandang. Terus saya lihat sambil mendengarkan dia yang ingin membawa pulang salah satunya. Haha.

Waktu hampir menunjukkan pukul 00.00, semua dikumpulkan di dalam gereja, tak terkecuali saya. Meskipun tak terlalu mengerti, saya ikuti saja. Meski hanya diam saat yang lain bernyanyi, menunduk saat yang lain berdoa. Saya menghormati setiap prosesinya. Dan ketika waktunya tiba, tahun benar-benar telah berganti, kami semua meniup terompet dengan meriahnya dan saling mengucapkan "Selamat Tahun Baru" dengan bersalam-salaman satu sama lain. Lalu kami keluar dan menikmati kembang api yang bersorak sorai dengan indah di angkasa.

Tahun telah berganti, menutup tahun yang telah berlalu. Hari itu kami menginjak stengah tahun berjalannya hubungan kami. Tak mudah kami sampai disini. Dengan segala perbedaan yang ada. Kami senang meskipun terompet tak lagi berbunyi kala ditiup, meski kembang api telah berhenti menyala, tapi saya merasa hangat. Dan kala itu, tak ada sesi jeprat jepret, namun semuanya masih terekam baik-baik dalam ingatan. :)