Rabu, 02 Januari 2013

Hari ke-2: "Kamu benar, kita butuh spasi."

Sesungguhnya aku ingin merangkai kata tanpa spasi. Aku ingin semuanya menjadi sangat dekat. Sedekat mungkin untuk mampu membinasakan semua jedah. Hingga jarak hanyalah kata klasik yang perlahan terlupakan. Tak lagi dikenal di peradaban teranyar umat manusia. Tanpa spasi, sepertinya lebih indah.

Seperti pula kita. Bayangkan bila kita selalu dekat. Saling mendekap setiap saat. Tak berhenti saling mengisi ruang kosong di sela2 jemari satu sama lain. Menghirup udara yang sama, dihembus angin yang sama. Menepis setiap jedah yang menjauhkan. Tak ada ruang kosong di antara kita. Kita tak punya jarak, sangat dekat, dan tak terpisahkan. Menyenangkan bukan? :D

Namun saat aku mencoba, aku tersadar. Tanpa jedah, rangkaian kataku sulit terbaca. Kedekatannya memburamkan makna. Mencipta lelah bagi yang berusaha memahami. Tak seindah yang semula terbayangkan. Sangat buram dan mengaburkan.

Mungkin aku salah. Kamu yang benar. Kita butuh jarak. Beberapa spasi yang ternyata kita butuhkan untuk mencerna setiap makna. Jedah yang kita perlukan untuk saling memahami. Ruang kosong yang membuat kita bisa menikmati setiap bulir kerinduan. Kita benar-benar butuh jarak, untuk mencipta sekelumit dahaga akan kebersamaan. Agar semua mencipta keindahan yang tak menjemukan. Lalu ketidaksempurnaan ini perlahan menjadi nyaris sempurna dan penuh warna.

Ruang kosong yang tercipta di antara kita ini perlu kita isi. Sedikit hal-hal sederhana yang romantis mungkin boleh juga. Lalu aku akan meminta satu dua permintaan padamu. Tolong kirimi aku surat dalam botol, lemparkan ke lautan luas yang membentang di antara kita, lalu biarkan takdir yang membuatnya sampai ke tanganku. Atau lipatlah suratmu itu menjadi perahu. Hanyutkan perahu kertas merah delima itu di sungai yang memisahkan kita. Aku ada di sisi lain sungai ini, tempat perahu kertasmu berlabuh, lalu pesanmu akan sampai kepadaku. Dan jika itu kurang sederhana menurutmu, cukup bicaralah padaku di spasi ini. Jika udara tak mampu menghantarkan getaran suara kita, ijinkan teknologi yang mengambil alih. Ketika ruang kosong ini sangat menyudutkan, ketika kosongnya merambati hati kita, mari berbicara. Lewat telpon seluler pun tak mengapa. Mari membuat jedah ini lebih indah. Aku ingin bermanja sejenak saja. Tunjukkan bahwa di jarak ini, ada kamu di ujungnya. Cukup dengan hal yang sangat sederhana. Tolong deringkan telpon genggam saya, tolong ukirkan namamu di layarnya, lalu mari berbicara seadanya. Sesederhana itu, untuk membuat spasi ini lebih bermakna.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar